Publikjakarta.com - Jakarta Timur, DK Jakarta - Doa Bagi Bangsa sukses digelar jelang akhir Agustus lalu di DOM GBI Mawar Saron, sebagai tanda ucapan syukur panitia Doa Bagi Bangsa mengadakan ibadah ucapan syukur Jumat 6/9/25 di Graha Bethel, Jalan Ahmad Yani Jakarta Timur.
Di mana setelah dilakukan ibadah syukur yang diikuti 300an jemaat ini, diharapkan pelayanan doa bukan hanya saat momentum tertentu saja, tapi menjadi satu kegerakan.
Pendeta Gilbert Lumoindong Gembala Gereja Bethel Indonesia jemaat GLOW Thamrin Resident dalam kotbatnya mengajak adanya kesatuan tubuh Kristen, agar jemaat dewasa dalam bersikap.
Menurutnya ada beda antara jemaat yang dewasa dan anak-anak.
Diakui sekarang gereja menghadapi masalah krusial bukan masalah fasilitas gereja dan pengajaran tetapi persoalan kedewasaan jemaat.
Terkait pemahaman jemaat dewasa dan anak-anak, Gilbert membeberkan ada beberapa perbedaan antaranya, pertama jemaat yang masih bersifat anak-anak itu masih mengedepankan perasaan sementara gereja dewasa bicara tanggung jawab, Keua Gereja yang kekanak-kanakan itu masih bersifat keakuaan (saya) sedangkan gereja dewasa mengdepankan kami lalu ketiga, gereja kekanak-kanakan mengedepankan apa yang saya dapat sedangkan gereja diwasa apa yang kita berikan.
Dan terakhir gereja kekanak-kanakan mengedepankan kesenangan sedangkan gereja dewasa mengedepankan tanggung jawab.
Baca juga:
Ilham Bintang: Ya Allah, Menteri Agama
|
Artinya kalau umat Kristen masih merasa seperti kanak-kanak inilah yang seharusnya segera menyadari dan menjadi umat yang dewasa.
"Saya bersyukur acara doa bagi bangsa bisa berjalan dengan sukses, semua ini semata karena Tuhan yang memberkati. Untuk itu kami mau ini berkesinambungan dan melakukan tindak lanjut.
Tidak jadi hanya seperti event, tapi juga kegerakan, " Cecilia Teguh Ayu Seniawati, S.H.kepada Warta Indo usai acara pembubaran panitia acara Indonesia Berdoa.
Senada dengan Cecilia, Ketua Jaringan Doa Nasional Pdt. Aristarkus Tarigan mengatakan tiap-tiap orang Kristen di seluruh Indonesia masih mesti merasa terbeban dengan dinamika kebangsaan khususnya pemilihan kepala daerah atau Pilkada serentak yang akan digelar pada 27 November 2024 mendatang.
"Mari berdoa agar pilkada di semua jajaran, bupati atau walikota dan gubernur terpilih kelak adalah pribadi-pribadi yang dapat bekerja dengan baik selama lima tahun ke depan, " kata Aristarkus.
Cecilia menimpali para pemimpin yang mesti didoakan hari-hari ini agar punya karakter yang tidak mau kompromi dengan korupsi. "Kita merindukan pemimpin-pemimpin yang muncul adalah seperti tokoh-tokoh yang kita kenal di Alkitab, seperti Yusuf dan Daniel, " kata mengajak.
Sementara itu, Pdt. Gilbert Lumoindong yang didapuk sebagai pelayan firman saat acara pembubaran panitia Indonesia Berdoa mengatakan agar para pemimpin yang terpilih lewat Pilkada serentak nanti adalah sosok yang melepaskan diri dari kekuatan atau kuasa kegelapan. "Yang mau menjalankan tanggungjawab dan bekerja sungguh-sungguh seperti melayani untuk Tuhan, " tegas Gilbert dalam khotbahnya dengan mengambil nas dari 1 Korintus 13: 11-13.
Pdt Suyapto Tandyawasesa bersyukur karena hajatan besar doa bagi Indonesia ini berjalan dengan lancar, awalnya sempat merasa kuatir akan dana yang dibutuhkan tetapi ternyata Tuhan cukupkan sehingga acara bisa berlangsung dengan baik.
"Terimakasi kepada semua pihak dan para pendoa yang telah memberikan dukungan baik dana, tenaga dan waktunya untuk berdoa bersama untuk kesatuan tubuh Kristus.
Sebelumnya, pada Jumat, 24 Agustus 2024 lalu, digelar acara Indonesia Berdoa di GBI Mawar Saron, Kelapa Gading, Jakarta. Acara tersebut digelar serentak di 415 kabupaten/kota di Indonesia serta 21 titik diaspora di luar negeri.
Acara tersebut turut mensyukuri perhelatan Pemilu 2024 dan proses peralihan kepemimpinan nasional dari Presiden Joko Widodo kepada presiden terpilih Prabowo Subianto.
Reporter: Johan Sopaheluwakan